SEANDAINYA INDONESIA TIDAK DIJAJAH, APAKAH INDONESIA LEBIH BAIK TANPA PENJAJAHAN

Saya berandai-andai Indonesia pada abad ke-16 tidak dijajah baik oleh Portugis, Belanda, Inggris maupun Jepang. Mungkinkah Indonesia akan lebih baik-dalam konteks keadaan Indonesia saat ini- atau malah sebaliknya? Saya merasa pertanyaan ini tidak sanggup saya telan sendirian, walhasil, pertanyaan ini saya lontarkan pada kakak kedua sebut saja Bro.

“Bro, menurutmu bagaimana kalau Indonesia tidak dijajah?”

“Yaa, pembangunan pasti baru dimulai baru-baru ini lah, Indonesia belum serapi ini”

Sampai pada percakapan itu, saya diam. Saya berkesimpulan kalau Bro bahagia dan mendukung Indonesia dijajah, dieksploitasi sumber daya alam dan manusianya. Kemudian saya membayangkan kalau Bro hidup pada zaman penjajahan, ia akan berbahagia. Begitu. Sesungguhnya dalam benak saya juga berpikir demikian, berpikir bahwa mungkin Indonesia belum berkembang jika Cornelis de Houtman saat itu tidak menginjakkan kakinya pertama kali di Banten. Saya sebut saja sisi positif dari penjajahan Indonesia oleh bangsa Eropa.

Tidak dipungkiri bahwa tata kota Jakarta lebih baik di Zaman Belanda. Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Bidang Medan Gaya Berat dan Pasang Surut Badan Informasi Geospasial, Ibnu Sofian. Beliau mengatakan bahwa dahulu daerah reservoir tidak digunakan untuk pembangunan, wilayah tersebut adalah tempat penyerapan air laut sehingga Jakarta rutin mengalami banjir. Selain itu, mungkin jalur rel kereta api baru ada baru-baru ini pula dan kita belum bisa merasakannya.

Bercerita sedikit tetang masa pemerintahan Daendels. Daendels merombak dan menggusur bangunan-bangunan liar di kota Batavia secara berangsur-angsur dan para penghuninya dipindahkan ke tempat lain yang telah disediakan. Daendels bercita-cita agar kota yang dijuluki “The Queen of The East” (Ratu Dari Timur) itu kelak hanya diisi oleh bangunan-bangunan yang bagus. Kemudian setelah kemenangan Inggris dan pemerintahan jatuh ke tangan Inggris, saat itu Daendels diganti oleh Stamfford Raffles. Pada saat pemerintahan Raffles tata kota Batavia tidak banyak diubah dan diperbaiki, Raffles lebih menaruh perhatian terhadap ilmu pengetahuan, bahasa dan kebudayaan. Seperti yang terdapat dalam buku History of Java. Buku ini menerangkan berbagai aspek dan sejarah dan budaya pulau Jawa. Oleh karena minatnya terhadap ilmu pengetahuan, Lembaga kesenian dan ilmu pengetahuan Batavia (Bataviach Genootscap van Kunsten en Wattenschappen) menjadi semakin maju berkat bantuan dari Raffles. Ia pula yang mempelopori pembangunan museum dan perpustakaan Batavia untuk penduduk.

          batavia

Kalau diamati lagi, bangunan-bangunan peninggalan Belanda memang sungguh bagus dan kokoh. Apabila kita bisa meniru arsitektur pada zaman pemerintahan Belanda mungkin tata kota Jakarta dan kota-kota lainnya menjadi sangat modern dan epik.

Memang, selama pemerintahan Belanda di Indonesia, bangsa Indonesia sungguh sengsara dan melarat. Para pekerja pribumi hanya diberi upah minim. Seperti pekerja kuli kontrak yang bekerja di perkebunan miliki Belanda, adalagi para pekerja pembuatan jalan dari Anyer—Panarukan yang disebut-sebut sebagai kerja rodi. Nampaknya saat itu Indonesia jauh dari kata sejahtera. Saat itu Indonesia tidak bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Dengan kondisi Indonesia seperti itu, Jasa para pejuang kemerdekaan harus kita kenang selamanya. Hingga akhirnya Indonesia bisa memproklamirkan kemerdekaannya, dan penjajahan muka bumi telah dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan. Pada pragraf ini, pengandaian saya berubah, bagaimana jika pada 17 Agustus 1945 kita tidak merdeka? Mungkin saat ini saya belum bisa menulis artikel ini.

Saya sebagai pribumi, bangsa asli Indonesia hanya bisa mengandai-andai karena sejarah tidak mampu diubah. (lagi) saya hanya melihat imbas yang baik dari pemerintah kolonial Belanda di zaman sekarang. Namun, rasanya banyak pula hal buruk yang diturunkan oleh pemerintahan Belanda. Salah satunya adalah korupsi. Sesungguhnya hingga tulisan ini sampai disini saya tidak bisa menyimpulkan apakah Indonesia lebih baik tanpa penjajahan. Dan tiba-tiba saya teringat salah satu quote dari tokoh hebat Indonesisa “Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Di mana pun ada yang mulia dan jahat …. Kau sudah lupa kiranya Nak, yang lolonial selalu iblis. Tak ada Kolonial pernah mengindahkan kepentingan bangsamu.” – Pramoedya Ananta Toer

 

Sumber:

Pramoedya, 2006. Anak Semua Bangsa. Jakarta: Lentera Dipantara

http://www.kompasiana.com/agus_kristian/pembangunan-infrastruktur-di-zaman-penjajahan-lebih-baik-benarkah_56634e8a2e97734f088bd57f

https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://gedemahaputra.files.wordpress.com/2015/01/10580039_1550801561814380_7156141046757727190_n.jpg&imgrefurl=http://iplbi.or.id/2015/03/arsitektur-bali-awal-abad-20-persentuhan-dengan-barat/&h=466&w=700&tbnid=dJfiOPpt5eeIJM:&docid=7U3qk7pkmuwmVM&ei=wkt7VtDiIMaGuASipYigAg&tbm=isch&ved=0ahUKEwjQy4TGrfPJAhVGA44KHaISAiQQMwhgKDwwPA

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.